Prefasi Doa Syukur Agung IV merupakan satu kesatuan dengan DSA IV, tidak diperkenankan diganti dengan yang lain

Ciri khas dari Doa Syukur Agung IV terletak pada kesatuan alur gagasannya yang utuh dalam menghadirkan sejarah keselamatan Allah. DSA IV diolah berdasarkan tradisi Gereja Timur, khususnya tradisi Antiokhia dan juga liturgi Santo Basilius di Bizantin. Sebagai Anafora dari Liturgi Timur, DSA IV ini memiliki prefasi sendiri yang tidak pernah boleh diganti. Mengapa? Karena prefasi dalam DSA IV itu sudah merupakan satu kesatuan alur gagasan dan isi dengan seluruh bagian DSA IV. Dalam prefasi, hanya disinggung tema penciptaan pada umumnya dan penciptaan para malaikat pada khususnya. Lalu terbentanglah dari antara sesudah sanctus sampai eplikese konsekratoris, tahap-tahap sejarah keselamatan Allah, seperti penciptaan manusia, kejatuhan manusia ke dalam dosa, kesediaan Allah yang selalu menolong dan menawarkan ikatan perjanjian, hingga akhirnya mengutus Putra-Nya yang Tunggal, Tuhan Yesus Kristus, yang lahir, hidup dan berkarya, hingga wafat dan bangkit, serta mengutus Roh Kudus-Nya serta menyempurnakan karya Kristus di dunia.

Doa Syukur Agung IV dapat digunakan dalam setiap Misa yang tidak mempunyai prefasi khusus dan pada hari Minggu dalam masa biasa (PUMR 365, d) 
  
Sumber: E. Martasudjita, Pr; Ekaristi : Tinjauan Teologis,Liturgi, dan Pastoral