Kemunafikan Farisi-Farisi Modern

Dalam Alkitab, kaum Farisi adalah kaum yang sangat dikecam Yesus. Kata-kata paling keras Yesus ditujukan kepada kaum ini. Tidak hanya satu atau dua kata-kata keras, tapi bertubi-tubi kecaman ditujukan Yesus kepada para Farisi.

Yang paling dahsyat adalah kecaman Yesus kepada mereka sebagaimana tertulis di Matius bab 23. Dari ayat 12 sampai 36 kita melihat begitu murkanya Yesus dengan menyebut mereka munafik, bodoh, pemimpin buta, durjana, pembunuh nabi-nabi, ular-ular beludak!

Yesus juga mendaftar perbuatan-perbuatan sesat para Farisi. Yaitu: Mereka membuat aturan berat bagi umat, tapi mereka sendiri tidak melakukan (ayat 4); Mereka suka menerima penghormatan (ayat 6-7); menelan rumah janda (ayat 14. Ini karena turan "korban" di Markus 7:9-13); Mereka mengelabui mata orang dengan doa-doa panjang (ayat 14); Mereka mensahkan sumpah demi emas dan persembahan bait suci lainnya tapi sumpah demi bait suci tidak mereka sahkan (ayat 16-22); Mereka menarik perpuluhan tapi melupakan keadilan, belas kasihan dan kesetiaan (ayat 23); Mereka menyombongkan diri merasa labih baik dari nenek moyang mereka (ayat 29-31).

Namun dari daftar perbuatan sesat itu inti dari kejahatan para Farisi adalah satu, yaitu KEMUNAFIKAN!

Mereka mengajarkan untuk melakukan A, tapi diri mereka sendiri tidak melakukan A!

Ini terlihat jelas di ayat 3 dimana Yesus berkata, "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya".

Patut digarisbawahi disini bahwa Yesus menyebut kalau ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi menduduki kursi Musa (ayat 2). Jadi mereka ini memang punya wewenang sebagai pimpinan umat. Yesus juga mengakui bahwa ajaran mereka adalah benar, oleh karena itu Dia mengatakan untuk menuruti dan melakukan apa yang mereka ajarkan. Yang dilarang Yesus adalah meneladani perbuatan para Farisi ini!

Sebab KEMUNAFIKAN MEMANG TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN KEMURNIAN AJARAN, MELAINKAN DENGAN BAGAIMANA AJARAN ITU DILAKUKAN DAN DIPRAKTEKKAN!

Santo Yakobus dalam suratnya juga membahas tema yang sama. Di surat Yakobus bab 2, Yakobus menekankan pentingnya perbuatan agar iman seseorang tidak mati (ayat 17).

Bagi Yakobus, tidak ada gunanya orang punya iman yang sejati kalau iman itu tidak diwujudkan dalam perbuatan (ayat 24). Bahkan Yakobus menyindir para orang-orang yang mengagung-agungkan imannya saja dengan berkata bahwa Iblis pun juga punya iman saja (ayat 19). Tapi dimanakah tempat akhir para iblis? Neraka.

Zaman sekarang ini banyak sekali KETURUNAN FARISI MUNAFIK. Mereka inilah FARISI-FARISI MODERN.

Bagaimanakah para Farisi Modern ini? Seperti nenek moyang mereka yang menerima murka Yesus, para Farisi Modern ini tahu mana yang benar, tapi karena berbagai alasan, mereka melakukan yang salah dan bahkan mereka menganjurkan orang untuk melakukan yang salah. Merekalah pemimpin-pemimpin buta yang menuntun orang-orang buta (Matius 23:16; Matius 23:24 bdk. Matius 15:12-14).

FARISI-FARISI MODERN AKAN MENGATAKAN BAHWA GEREJA MENGAJARKAN A, TAPI KITA BEBAS UNTUK MELAKUKAN B DAN TIDAK MELAKUKAN A.

PARA FARISI MODERN AKAN MERUJUK KEPADA "KEBIJAKAN PASTORAL" YANG BERLANDASKAN "KASIH" SEBAGAI PEMBENARAN TERHADAP PERBUATAN YANG BERTENTANGAN DENGAN KEBENARAN IMAN!

Padahal "kebijakan pastoral" seharusnya menjadi cerminan dari apa yang diajarkan Gereja.

Kebijakan pastoral adalah aplikasi lapangan dari ajaran-ajaran Gereja. Jadi bagaimana mungkin ada suatu kebijakan pastoral yang justru bertentangan dengan ajaran Gereja? Bagaimana mungkin Gereja melarang untuk melakukan A lalu kemudian muncul kebijakan pastoral bahwa A boleh dilakukan?

Itu bukan kebijakan pastoral, itu adalah KEMUNAFIKAN!

Lalu, bila "kasih" dijadikan landasan bagi "kebijakan pastoral" yang munafik itu, maka kasih macam apakah itu?

Apakah ada kasih yang munafik?

Apakah ada kasih yang bertentangan dengan ajaran iman Gereja?

Untuk pertanyaan yang terakhir Paus Emeritus Benediktus XVI pernah mengajarkan sesuatu yang indah di ensiklik Caritas in Veritate alias Kasih dalam Kebenaran (maaf, kutipan berikut agak panjang tapi tidak akan rugi untuk dibaca) :

"3. Melalui hubungan dekat ini kasih dapat dikenali sebagai sebuah ekspresi otentik dari kemanusiaan dan sebagai sebuah unsur yang sangat penting secara fundamental dalam hubungan manusia, termasuk yang bersifat publik. Hanya dalam kebenaran-lah kasih bersinar terang, hanya dalam kebenaran kasih dapat dihidupi secara otentik. Kebenaran adalah terang yang memberi makna dan nilai kepada kasih. Terang itu adalah terang rasio dan terang iman, yang melaluinya intelek mendapatkan kebenaran kodrati dan adikodrati dari kasih: [intelek] menggapai makna [kasih] sebagai karunia, penerimaan dan persekutuan. Tanpa kebenaran, kasih merosot kepada sentimentalitas. Cinta menjadi sebuah cangkang kosong, yang akan diisi secara asal-asalan. Dalam sebuah budaya tanpa kebenaran, inilah resiko fatal yang dihadapi cinta. Cinta menjadi mangsa dari emosi-emosi dan opini-opini subyektif yang kontingen, kata "cinta" dilecehkan dan didistorsi, sampai pada titik dimana [kata itu] bermakna sebaliknya. Kebenaran membebaskan kasih dari kekang sebauh emosionalisme yang mereduksinya dari kandungan relasional dan sosial, dan [juga membebaskan dari] sebuah fideisme yang mereduksinya dari jeda napas manusia dan universal. Dalam kebenaran, kasih merefleksikan iman, yang personal tapi [juga] memiliki dimensi publik, atas Allah dari Kitab Suci yang adalah Agápe dan Lógos: Kasih dan Kebenaran, Cinta dan Firman." - Ensiklik Caritas in Veritate, Benediktus XVI

Jadi, kasih sejati tidak akan bertentangan dengan kebenaran iman. Maka OMONG KOSONG BILA ADA YANG MENGATAKAN BAHWA DEMI KASIH KITA BOLEH BERBUAT LAIN DARI IMAN YANG DIAJARKAN GEREJA.
 
Jadi, wahai para saudara terkasih, berhati-hatilah terhadap para Farisi Modern.
 
Ketika saudara kesusahan dalam menghayati ajaran Gereja, para keturunan ular beludak ini akan menggoda anda dengan berbagai dalih (alasan "kebijakan pastoral" alasan "kasih") untuk menyerah dari perjuangan saudara untuk hidup kudus seturut ajaran Gereja. Sama seperti ketika bapa mereka, sang ular tua, menggoda Hawa untuk di Taman Eden.

Jangan mau mengikuti godaan mereka supaya tidak menerima murka Yesus dan berakhir di neraka kekal.

Kita tutup dengan doa kepada St. Mikhael sang Malaikat Agung. Doa yang khusus ditulis Paus Leo XIII untuk menjauhkan kita dari para ular terkutuk:

(Latin)
Sancte Michael Archangele,
defende nos in proelio;
contra nequitiam et insidias diaboli esto praesidium.
Imperet illi Deus, supplices deprecamur:
tuque, Princeps militiae Caelestis,
satanam aliosque spiritus malignos,
qui ad perditionem animarum pervagantur in mundo,
divina virtute in infernum detrude.
Amen.

(Indonesia)
Santo Mikhael sang Malaikat Agung
Bantulah dan lindungilah kami dalam perang melawan kejahatan dan tipu daya setan. Kami mohon dengan rendah hati kiranya Allah menghukumnya. Dan engkau panglima bala tentara surga, dengan kekuatan Ilahi, usirlah kembali ke dalam neraka, setan dan roh jahat lainnya yang berkeliaran di atas bumi yang hendak membinasakan segala jiwa. Amin.

AoP

FB Gereja Katolik